watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Petualangan dibalik bayangan

Tidak selamanya hubungan yang indah harus
terjalin dengan dimulai oleh rasa saling
mengenal, saling mengerti dan saling mencintai.
Ada kalanya hubungan yang hangat itu bisa kita
jalin tanpa perlu mengenal lebih dulu, tanpa perlu
saling pengertian, tidak perlu saling mencintai,
tapi yang kita perlukan adalah moment yang
tepat. Oke, kira-kira itu yang bisa sedikit
menggambarkan ke mana jalur cerita berjudul
“Petualangan Di Balik Bayangan” yang segera kita
nikmati.
Cerita ini dimulai kira-kira tahun 2000 lalu, waktu
aku masih sekolah di salah satu sekolah swasta
yang lumayan terkenal di Bandung. Waktu itu
sekolah kami mengadakan liburan bersama
sebelum EBTA/EBTANAS. Tempat yang dituju
adalah pulau Dewata, Bali. Tentu saja aku
antusias sekali untuk ikut acara itu, selain aku bisa
melepas lelah dan stres gara-gara pelajaran, aku
juga bisa menikmati pulau Dewata yang katanya
indah itu, maklum aku memang belum pernah
menginjakkan kaki di sana.
Jeff yang pernah berlibur dengan keluarganya ke
sana tetap ikut karena menurutnya kami tidak
akan pernah bosan untuk berlibur ke sana. Jeff
banyak cerita tentang keindahan objek wisata di
sana, termasuk banyaknya “buah-buahan” di
sana. Aku dan Alf bingung sendiri, memang apa
anehnya buah-buahan di Bali. Tapi mendengar
pertanyaan kami, Jeff dan Lex malah ketawa-
ketawa sambil meledek kalau kami berdua itu
kurang imajinasi.
Lex mulai bercerita kalau Bali adalah salah satu
pusat “buah-buahan” terbesar di Asia. Ada
banyak “buah-buahan” di sana, dari buah lokal
sampai “buah” import. Jeff menambahkan kalau
yang paling terkenal di sana adalah “buah-
buahan” import, tapi ada juga “buah” lokal yang
tidak kalah bersaing dengan “buah-buah” import
yang rata-rata lebih besar ukurannya. Aku mulai
mengerti, makanya aku mulai nyengir ke arah
Jeff dan Lex. (Untuk pembaca yang tidak
mengerti, bisa hubungi kami untuk minta
penjelasan dan kami akan menjelaskan sedetail-
detailnya, hehehehe). Tapi Si Alf masih tetap
diam, entah tidak mengerti atau entah pura-pura
tidak ngerti. Tapi begitu Lex bilang kalau di sana
“buah kelapa” tersebar di mana-mana, Alf
langsung ikut-ikutan tertawa sambil
membayangkan “buah-buahan” itu tersebar di
pantai menunggu dipetik.
“Pletak…” Tiba-tiba penghapus melayang
membentur meja, hampir saja kepala Lex jadi
sasaran. Kami baru sadar kalau ini masih di
kelas, di depan Pak Maman melotot sambil
mengacung-ngacungkan penggaris ke arah kami
berempat. Kami cuma nyengir sambil
menunduk, kami benar-benar lupa kalau ini
masih di kelas. Tapi untung saja, Pak Maman
tidak terlalu galak, biasanya dia sudah lupa
kejadian yang bikin dia jengkel setelah beberapa
menit.
Oke, singkatnya kami akhirnya pergi bareng juga
ke Bali. Kami berempat memilih bus yang sama
biar bisa sepuasnya ngobrol. Kebetulan
pengawas di bus kami lumayan “gaul”. Jadi kami
bisa bebas ngobrol tentang apapun juga, tentu
saja sampai hal-hal yang menjurus bahaya juga
tidak masalah. Dua-duanya guru cewek yang
relatif lebih cantik dibanding guru-guru kami
yang lain. Ibu Nina dan Ibu Cindy. Dua-duanya
masih lajang dan umurnya tidak terlalu jauh
dengan kami, Ibu Nina sekitar 27 tahun
sedangkan Ibu Cindy kira-kira 22 tahunan. Tentu
saja mereka juga tidak lolos dari kejaran kami-
kami berempat, dan tentu saja petualangan itu
ada di cerita kami yang lain.
Kembali ke cerita, sekitar sehari kami baru
sampai ke hotel. Kebetulan kami menginap di
hotel yang lumayan mewah, kalau tidak salah
bintang empat atau mungkin lima. Aku tidak
begitu jelas, tapi yang jelas ada fasilitas kolam
renang sampai mandi sauna, pokoknya
semuanya lengkap. Dan tentu saja kami
berempat satu kamar, kami memang bisa
dibilang cukup akrab and bisa saling berbagi,
baik suka atau duka. Sampai-sampai bagi-bagi
pacar kami juga tidak masalah, yang penting
adil.
Memang sih awalnya kami cukup menikmati
pemandangan indah “buah-buahan” di pantai,
kebetulan hotel kami dekat dengan pantai Kuta
yang memang gudangnya “buah-buahan”. Tapi
lama-kelamaan bosan juga cuma melihati tanpa
melakukan apa-apa, makanya sehari sebelum
pulang kami berniat sedikit mencicipi “buah-
buahan” import tersebut. Tapi sialnya, aku dan
Jeff malah terpisah dari Alf dam Lex. Padahal
cuma Lex yang tahu dimana bisa dapat “buah-
buahan” import itu dengan harga murah. Aku
menyesal juga sih, makanya aku dan Jeff
memutuskan kembali ke hotel. Kebetulan
udaranya enak sekali, makanya kami jalan sambil
melihati pemandangan Bali di malam hari.
Ternyata keberuntungan belum pergi dari kami
berdua, di tengah jalan, seorang cewek bule
yang kelihatannya bingung menghampiri kami
berdua.
“Hai… can you speak English?” dia menyapa
kami.
“A little…” aku menjawab.
Terus kami mengobrol, ternyata dia terpisah dari
rombongannya. Dia hendak pulang ke hotelnya,
tapi malah kesasar sampai ke sini. Aku
sebenarnya hendak menolongnya menunjukkan
jalan pulang, tapi Jeff menyikutku, dan aku tahu
maksudnya. Aku menyewa taksi dan
mempersilakannya masuk, Jeff mengatakan
pada cewek itu kalau kami akan mengantarnya
ke tujuan. Cewek itu kelihatannya senang sekali
dan berterima kasih, dia tidak tahu kalau ada
maksud tersembunyi di balik kebaikan kami
bedua. Hehehe, kapan lagi dapet “buah-buahan”
gratis.
“Pak, antar kami ke tempat biasanya orang
mangkal,” aku berbicara pada sopirnya, tapi
sepertinya sopirnya belum mengerti.
“Itu Pak, ke tempat kami bisa begituan,” Jeff
menambahkan.
Pak sopir itu sepertinya mengerti, dia tertawa
kecil, lalu memacu taksinya ke salah satu tempat
yang memang terkenal sebagai “tempat gelap”.
Sampai di sana, aku lihat kanan-kiri, ternyata
sepi. Lalu aku ajak cewek bule bernama Angela
itu turun. Dia sedikit bingung, karena tempat itu
sedikit asing baginya. Tapi Jeff meyakinkannya
kalau tempatnya tidak salah, makanya Angela
setuju.
Angela sebenarnya tidak terlalu montok banget,
mungkin karena usianya yang masih sangat
hijau. Baru 15 tahun, tapi dibandingkan produk
lokal, “buahnya” memang termasuk lumayan
besar, apalagi didukung tubuhnya yang tinggi
langsing plus wajahnya yang lumayan cantik
dengan rambut pirangnya yang oke banget.
Begitu aku lihat ada kesempatan, kukeluarkan
pisau lipat yang memang selalu kubawa.
Memang sih cuma pajangan doang, soalnya
tidak tajam. Tapi aku yakin Angela tidak tahu,
soalnya dia langsung ketakutan waktu
kutempelkan pisau itu ke lehernya. Jeff kemudian
menyuruhnya membuka semua pakaiannya.
Tentu saja Angela menolak, tapi begitu kuancam
akan kubunuh kalau tidak menurut, dia akhirnya
membuka pakaiannya walau sedikit ragu-ragu.
Tapi keragu-raguannya itu malah bikin aku
makin bernafsu, dibukanya kaos hijau di
tubuhnya, dan dadanya yang lumayan oke
terlihat di balik remang-remang cahaya lampu
yang agak jauh dari tempat itu.
Aku menitipkan pisau lipatku pada Jeff dan mulai
membuka bajuku sampai tersisa celana
dalamku. Kami setuju kalau aku duluan yang
mencicipi Angela dengan catatan, ongkos taksi
aku yang bayar. Aku sih setuju saja, makanya
tidak menunggu lama lagi, langsung kusiapkan
“dedekku” yang mulai melakukan pemanasan
ringan. Angela menatapku, seolah mengiba, tapi
aku sudah keburu nafsu, makanya kusuruh dia
membuka semua pakaiannya. Dia akhirnya
menurut juga, dibukanya semua pakaiannya,
dan dia berjongkok ketakutan di atas pasir laut.
Aku tidak nunggu lama lagi, langsung kusambar
tubuhnya, kutindih tubuhnya di atas pasir, dan
mulai menjilati puting susunya. Dadanya kenyal
berisi, tapi terlihat dia belum pengalaman,
soalnya dia malah ketakutan waktu kujilat
putingnya. Kuancam dia sekali lagi, dan akhirnya
dia memejamkan matanya, pasrah akan apa
yang bakal aku lakukan. Aku mulai buas menjilat
putingnya yang semakin mengeras, tapi aku
sadar kalau aku harus segera menyelesaikannya.
Malam semakin larut, dan aku sama sekali tidak
ingin ketahuan kalau aku memperkosa gadis itu.
Karena itu aku tidak melanjutkan permainan
lidahku, kuambil pisau dari tangan Jeff, lalu
kutodongkan ke arah Angela, kusuruh dia
mengulum penisku. Angela sepertinya tidak
mau, tapi dia tidak bisa apa-apa, dia terlalu takut
untuk melawan, dia akhirnya mau juga
mengulum penisku, menghisapnya sesekali dan
menjilatinya.
Aku masih menodongkan pisauku, takut juga
kalau Angela menggigit penisku, bisa berabe
nantinya. Karena itu aku tidak mau lama-lama di
posisi itu, kutunggingkan tubuh Angela, dan
kumasukkan penisku ke vaginanya yang diluar
dugaanku, ternyata lumayan basah. Perlahan
tapi pasti penisku masuk, tanpa menunggu
lama, langsung kukocok vaginanya lumayan
cepat. Aku penasaran, ada sesuatu yang
menghalangi penisku masuk lebih dalam, karena
itu kuhentak dengan kencang. Angela menjerit
tertahan, rupanya dia masih perawan. Memang
lumayan sempir juga lubang vaginanya, tapi
dibandingkan umurnya yang masih 15 tahun,
yah termasuk lebar juga lubangnya. Mungkin
orang bule memang seperti itu pikirku. Karena
itu aku tidak memikirkannya lagi, yang ada di
otakku hanya kocok… kocok… kocok… terus.
“Ah… ah… oh… please… stop… ah…” Angela
mendesah memohonku untuk berhenti. Tapi aku
sudah tanggung, masa aku harus berhenti, tidak
mau dong. Aku tidak peduli kata-katanya,
kukocok terus vaginanya dan beberapa saat
kemudian tubuh Angela mengejang. Aku
bingung juga, kupikir cewek yang diperkosa
tidak akan merasakan nikmat hingga sampai
puncak segala. Aku berhenti sebentar, kubalikkan
tubuh Angela yang sudah sangat lemas. Kulihat
matanya berair, wajar saja sih cewek menangis
kalau diperkosa, tapi ada sesuatu yang lain dari
pandangan matanya.
Aku menarik nafasku dalam-dalam, lalu kubuang
pikiran yang aneh-aneh itu. Kubuka bibir
vaginanya dan kuselipkan penisku di sana,
kutekan sedikit, lalu kutarik lagi, lalu kutekan lagi,
begitu seterusnya dengan frekuensi lambat. Aku
mulai menikmatinya, tapi Jeff menepuk
punggungku, sepertinya dia sudah tidak sabar,
aku tidak melanjutkan permainan lambat itu,
kuhentak kuat-kuat dan kuhujamkan penisku ke
vagina Angela. Dia hanya memejamkan mata
sambil menangis memandang laut yang hitam
karena gelapnya malam. Aku merasakan penisku
panas, dan waktu hampir mencapai puncak,
kucabut penisku dari vaginanya, dan kupaksakan
masuk ke anusnya. Kukocok lagi sebentar, dan
cairan putih kental menyembur ke liang anus
Angela. Begitu kucabut penisku dari anusnya,
maniku mengalir perlahan keluar dari lubang
sempit itu. Aku segera membersihkan tubuhku
di laut, lalu kukenakan kembali pakaianku. Kulihat
Jeff dengan asik menikmati jilatan dan kuluman
bibir Angela di penisnya. Sekitar lima menit dia
bertahan di posisi itu, tapi kemudian dia tidak
tahan lagi, direntangkannya kaki Angela lebar-
lebar, dan dihujamkannya penisnya. Gerakannya
sedikit liar tapi masih berpola.
Bukan hanya pinggulnya yang bergerak naik-
turun, kedua tangan Jeff juga bekerja,
diremasnya dada Angela dan sesekali
dipelintirnya puting susu Angela. Beberapa saat
kemudian Jeff mencabut penisnya dari vagina
Angela, disuruhnya Angela mengulum penisnya
lagi, dan beberapa saat kemudian Jeff mencapai
puncak. Maninya menyembur di mulut Angela,
mengalir ke dagu dan lehernya. Jeff kemudian
membersihkan tubuhnya di laut. Kulihat Angela
duduk di pasir, matanya merah karena
menangis, dia menundukkan kepalanya seolah
tak percaya apa yang baru saja menimpanya.
Aku jadi iba, kubantu dia memakai pakaiannya,
lalu kusewakan taksi untuknya. Kuberikan uang
lebih pada sopirnya, kukatakan agar dia
merahasiakan aku yang menyewanya. Sopir itu
mengangguk, aku tahu kalau orang Bali sangat
menghargai kepercayaan orang. Aku percaya dia
tidak akan membocorkannya. Aku dan Jeff
pulang ke hotel, dan beberapa saat kemudian Alf
dan Lex pulang, mereka kelihatan puas dengan
apa yang tadi mereka lakukan, tapi aku dan Jeff
juga tidak kalah puasnya, kami menceritakan
pengalaman kami masing-masing, dan esok
paginya kami pulang ke Bandung.
Singkatnya kami sampai ke Bandung, dan dua
hari kemudian aku menerima surat, aku terkejut
setengah mati waktu kulihat surat itu. Kubaca
suratnya, “Hai…it’s me Angela. Aku bisa bahasa
Indonesia a little, dan I know your address dari
dompet you yang tertinggal di taksi. Aku simpan
untuk kenang-kenangan. And you should know,
malam itu aku sedikit kecewa caramu perlakukan
aku, but I’m okay, I’m not angry. Soalnya,
sepertinya aku fall in love sama kamu. Ingat aku
selalu ya, Angela.”
Aku makin kaget, dia mengirimkan SIM, KTP and
surat-surat penting lain yang ada di dompetku.
Dompetku yang kukira dicopet orang di Bali
ternyata ada pada Angela. Untung sekali dia tidak
menuntutku di pengadilan, aku benar-benar
bersyukur. Sejak saat itu aku berjanji kalau aku
tidak akan pernah memperkosa lagi.
Angela kalau kau baca cerita ini, aku cuma ingin
katakan kalau sebenarnya aku juga sayang
kamu, please hubungi aku, I miss you so much.
Maaf kelakuanku malam itu, and kalau kau
ijinkan, aku ingin memperbaikinya, hubungi aku
dan aku akan bertanggung jawab atas
perbuatanku. Sekali lagi maafkan aku Angela.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/562
U-ON

inc Powered by Xtgem.com